Berita dan Informasi

Salam sejahtera untuk kita semua…
Pernahkah kamu merasa hidupmu berjalan begitu saja; bangun, bekerja, tidur, lalu mengulanginya lagi tanpa benar-benar tahu apa yang sedang kamu kejar? banyak dari kita terjebak di sana (hidup, tapi tidak sungguh hidup). Saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan, kita mudah mengeluh, merasa dunia tidak adil, bahkan menyalahkan orang lain — keluarga, teman, atau bahkan Tuhan. Kita merasa menjadi korban nasib, padahal sering kali kita sendirilah yang menyerahkan kemudi hidup kita pada arus.
Di sinilah letak perbedaan antara sekadar ada dan benar-benar hidup.
Tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi untuk mengajak kita semua berhenti sejenak dan merefleksi. Menatap ke dalam diri, dan bertanya: Apakah aku benar-benar hidup dengan sadar dan berani?
Penulis berharap tulisan ini bisa menjadi pengingat kecil bahwa hidup bukan tentang menunggu hari berganti, tapi tentang bagaimana kita hadir sepenuhnya di setiap hari yang kita jalani. Untuk itu, ada dua pilar utama yang perlu kita pahami:
Pilar 1: Memutus Rantai Keluhan dengan Kesadaran
Kita tidak bisa memperbaiki sesuatu yang tidak kita sadari. Kesadaran adalah radar yang membantu kita melihat di mana letak kendali kita sebenarnya.
Kita sering kali mengeluh karena lebih mudah menjadi korban daripada menjadi pelaku. Mengeluh terasa aman dan membuat kita seolah terbebas dari tanggung jawab. Padahal di balik setiap kegagalan selalu ada pilihan-pilihan yang kita buat sendiri. Dan hanya dengan berani mengakuinya, kita bisa mulai berubah.
Kesadaran diri berarti berani menatap ke dalam: mengenali emosi, pikiran negatif, dan kebiasaan buruk yang selama ini dibiarkan menguasai hidup kita. Ketika kita sadar, kita berhenti hidup dalam mode autopilot dan mulai kembali menggenggam kemudi kehidupan kita sendiri dengan kendali penuh menuju arah perbaikan.
Dari sinilah muncul kekuatan sejati: kemampuan untuk merespons dengan bijak. Kita memang tidak bisa mengontrol dunia luar, tapi kita selalu punya kendali atas bagaimana kita merespon. Di situlah letak kebebasan yang sesungguhnya.
Pilar 2: Keberanian Adalah Bukti Hidup
Kesadaran tanpa tindakan hanya akan melahirkan frustrasi. Pengetahuan tanpa langkah nyata hanyalah wacana, karena pada akhirnya hidup menuntut kita untuk bergerak. Keberanian sejati bukan berarti tidak merasa takut, melainkan melangkah meskipun rasa takut itu ada. Keberanian yang bijak akan memuntun kita untuk memiliki ketenangan dalam mengambil keputusan di tengah ketidakpastian saat menjalani ujian kehidupan yang yang menghadapkan kita dengan ketidaknyamanan, risiko, dan kegagalan.
Tanpa keberanian sebagian dari kita memilih bersembunyi di balik rasa aman yang semu dengan hidup yang diam dan stagnan, mereka membeku oleh ketakutan untuk bertindak.
Untuk menjalani hidup yang berkualitas, baiknya kita mengisi rutinitas kehidupan kita dengan penuh kesadaran dan keberanian untuk memperbaiki diri dalam berproses (belajar), bertindak dan membuat keputusan yang akan mewarnai hidup kita dengan penuh kepuasan.
“Hidup yang hanya diisi keluhan, penyesalan, dan rasa takut bukanlah hidup yang layak dijalani. Hidup adalah tentang mencipta makna sendiri, dengan segala luka, jatuh, dan keberaniannya”
By: Rolastuan, A.Md
Penulis: Rolastuan, A.Md*
Editor: Gof**
*Guru Produktif TKJ SMK Texmaco Purwasari
**Hubin SMK Texmaco Purwasari
English
中文 (Chinese)